Sunday, February 19, 2017

Mahasiswa, kosan dan hal absurd yang melegenda.


Menjadi mahasiswa adalah berkat rahmat Tuhan yang di damping dengan alunan kidung dan doa Orang Tua. Sebagian orang pada lapisan tertentu beranggapan menjadi mahasiswa dan bersekolah di kota besar bukan hanya kebanggan keluarga saja, bahkan menjadi kebanggaan tetangga sebelah, Pengurus Dkm, warga kampung yang sangat giat terhadap gosip yang beredar, sampai masyarakat umum pada radius tertentu.

Sebagai seorang mahasiswa yang terselip di antara kegiatan kota besar, tentunya memerlukan tempat untuk bernaung. Mengintip peradaban pada masa lalu mungkin tempat itu adalah goa, celah tebing, pohon rimbun yang di modifikasi sedemikian rupa atau tumpukan daun yang di topang dahan sebagai struktur yang nyaris roboh karena terkenan angin dari kentut sendiri.

Sayangnya saya bukan pada zaman itu, saya ini adalah manusia modern yang berlebel mahasiswa rantau yang di sponsori dana patungan Ibu dan ayah tercinta, lalu sodakoh dana pendidikan dari uwa, amang, bibi dan tetangga yang di anugrahi kemampuan cenayang. Cenayang ?, yup betul sekali, dia di berikan penglihatan, bahwa mahasiswa ini suatu saat akan mengalami gangguan pencernaan, krisis mental dan kulit gatal-gatal. Percayalah apa yang di katakana Rudi. (Maaf membawa Rudi, hanya suka saja kata-katanya. Begitu komersil dan karismatik).

Tempat istimewa itu dinamakan kosan. Sebagai mahasiswa yang berada pada kasta sudra. Saya hanya bisa mendapat kosan yang alakadarnya dan ala-ala lainnya. Pada masa itu, sekitar tahun 2008. Saya berhasil mendapatkan kosan yang sebulannya sekitar Rp. 280.000. Istimewa ?. Luar biasa ? Fantastis ?. mari kita bedah fasilitasnya.

Luasannya lumayan lah, sepersekian lapang bola yang di umpamakan lewat skala. Setidaknya luasan cukup untuk memetakan Kasur ukuran 90cm x 200 cm, lemari berlaci, meja computer, meja makan, meja pingpong, kulkas, trademill dan satu set piring cantik. Boleh saja kalo ingin memasukan semua itu, tapi silahkan tidur di wc.

Fasilitas bawaan dalam kamar saya mendapatkan, ranjang cantik bagi yang berkhusnudzon, lemari tua dari zaman peradaban sungai indus, dan hanya itu saja. Sekali lagi saya ulang dan hanya itu saja.
Itu adalah fasilitas yang bersifat privat, maka fasilitas yang besrifat public atau bisa di pakai seluruh masyarakat kosan adalah.

Garasi : Tempat ini sekaligus menjadi pintu masuk. Lumrah di jumpai, jika kosan merangkap dengan rumah tinggal sang pemilik. Maka pintu akses menuju kosan adalah garasi. Dalam dunia desain kerennya ini di sebut side entrance, yang mana pintu keramat dan suci, hanya di datangi orang penting a.k.a Tamu dan pemilik rumah. Ada di depan. Dan di sebut main entrance.
Garasi kerap menjadi area perang, para penghuni kosan, sering berebutan tempat parkir, belum lagi anak kosan yang  membawa teman, maka semakin semrawut tata letak garasi kita tercinta.


Ruang Tunggu/Ruang Tv/Ruang Curhat/Ruang eksekusi. : Banyak akronim untuk ruang ini. Saya sendiri sangat bersyukur dengan di adakannya ruangan ini, ini seperti menjadi longue untuk kita berinteraksi. Maka pada suatu kasus desain, ini bisa juga menjadi social zone, dimana orang berinteraksi dan beraksi.

Ruangan ini berada tepat di tengah semua kamar, memang secara denah, kamar kita hampir mengelilingi ruangan ini, kecuali satu ruangan yang berada di depan. Dekat dengan garasi. Kamar itu kerap kami beri nama pos satpam. Secara fasilitas tidak ada yang spesial. Sofa butut 3 seat di imbangi dengan 3 singel chair yang tidak kalah butut. Credenza yang di atasnya ada Tv yang benar-benar moody.

Kalo dia lagi ingin menghibur, secara sukarela gambar akan muncul dengan cerah ceria, jika dia sedang kumat. Maka hanya akan menemukan acara perkemahan semut dan seluruh kegiatannya.
Ruangan ini sangat berkesan buat saya, dulu ketika awal mengenal teman-teman kosan. Dengan malu-malu dan kekuatan jaim tingkat Magister. Saya mencoba mengenalkan diri, mengajukan pertanyaan basa-basi dan sampai momen mengharukan. Melihat punggung teman saya yang pergi dan menanggalkan predikat Mahasiswanya untuk menggapai mimpi yang lebih tinggi.


Dapur : Ada dapur, tetapi bukan dapur umum ?. ini adalah teritori atau zona semu. Di awal di jelaskan ada dapur, tetapi kita bisa menggunakan atau tidak, sifatnya semu. Tidak di jelaskan di buku pedoman undang-undang menjadi anak kosan yang berbudi pekerti dan sehat selalu. Maka karna dapur ini milik sang pemilik kosan (ya iyalah, kalo pemiliknya rektor kampus, ini adalah dapur sang rektor). Kami lebih sering curi-curi waktu. Kalo pemilik sedang tidak ada, dengan bantuan orang dalam alias asisten rumah tangga. Kami sering melakukan kegiatan yang sangat sakral dan ambisius. Seperti membuat makanan hasil patungan warga kosan. Sungguh indah waktu itu, padahal yang di buat tidak jauh dari goreng sosis dan sarden kaleng.


Dan yang terakhir adalah Kamar mandi:  ada 2 kamar mandi yang bisa di gunakan. Yang satu cukup besar, luasan sekitar 2 kali kamar saya. Dan satu lagi sangat kecil, hampir seperempat luas kamar saya. Secara logika orang lebih suka memilih kamar mandi besar. Tetapi jangan terlalu berpositif thingking dengan kamar mandi besar ini. Interiornya seperti memiliki tema zoo, gratis dengan air terjun. Air terjun ini tepat berada di atas kloset. Maka ketika hujan datang ketika kamu kebetulan ada panggilan untuk ritual, terus toilet sebelah ada yang pake. Maka secara sukarela kamu harus berpayung ketika melaksanakan ritual itu. Sensasinya menarik, antik dan untuk memorable untuk di kenang. Dan tentunya air terjun itu adalah kenteng bocor yang ta kunjung di perbaiki.

Selain itu satu tragedy pernah terjadi di toilet besar. Teman saya malem-malem berkunjung ke kosan. Dia juga kebelet untuk melaksanakan ritual. Tanpa pikir panjang langsung menggunakan toilet besar. Maka beberapa saat kemudian dia berteriak. Terus terbirit-birit balik ke kamar. Katanya lagi asik menikmati panggilan alam. Sekonyong-konyong dari dalam kloset muncul mbahnya tikus. Sepertinya dia berinvasi langsung dalem sarangnya. Pertanyaan saya waktu itu Cuma satu. Bukan masalah tikus dan hal absurd di wc itu. Tapi apa temen saya sempet cebok ketika harus melarikan diri dari invasi si mbah tikus. Sayangnya hal itu masih jadi misteri sampai sekarang.


Seperti itulah sepenggal cerita dari kosan saya yang lama, banyak kejadian absurd yang lain. Saya akan semedi dulu untuk berusaha membuka lembaran aib masa lalu. Dan kalo sudah sampai pada saatnya. Maka kembali akan saya buka lembaran kelam itu.





Tuesday, February 14, 2017

Politik Cilik (Cerbung). Chapter 3


Chapter 3 : Rayuan, Intimidasi dan Sodikin yang gemulai.



Perang semakin jelas terlihat. Meski bendera tidak di kibarkan. Ke dua kubu telah mengambil langkah yang nyata. Pihak Dulmajid bin hasan sepertinya sedikit mengambil cara radikal dengan menggandeng kubu sopian yang barbar namun sedikit berhati sendu. Sedangkan kubu Riska julaeha yang makin hangat jika di panggil Ica mengambil langkah yang tidak kalah gemilang, dengan mengambil ide besar melumpuhkan salah satu sektor penting, yaitu perekonomian. 

Waktu semakin bergulir, terhitung sudah empat hari berlalu. Dari hari pengukuhan bahwa era Bobi Sulaiman telah berakhir. Ada sedikit keganjilan, Bobi Sulaiman sangat jarang terlihat, terkecuali sedang jam pelajaran. Beredar isu yang menyebutkan kalo Bobi agak setres, Bobi mulai minum temulawak dengan di temani mie anak mass. Ada yang bilang juga Bobi kerap menghabiskan waktu berjudi dengan emang-emang tarik benang. kalau kalah mendapat hati yang gusar, kalo menang mendapatkan poster Dragoon Ball. 
Lupakan sejenak tentang Bobi yang tenggelam dalam bayang-bayang. Kita kembali pada dua kubu yang ubun-ubunnya sepanas kompor minyak. Ke dua kubu saling bergantian mendatangi balai survei Heru Hairudin. Statistik yang ia hitung tidak pernah melenceng. Ia ibarat dukun dengan sajen angka dan data. Data yang ia sampaikan ke dua kubu adalah jumlah statistik pemilih. Dan ini merupakan data yang mereka butuhkan. 

Datanya seperti ini : 
Dari data pemilih kelas 5 adalah 41 orang. 20 merupakan wanita, dan 20 lelaki dengan 1 orang yang abstain dalam menentukan gender. Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah sodikin yang gemulai. Dengan badan lelakinya sedangkan gemulai kelakuannya, Heru begitu bingung dalam menentukan dia harus masuk kelompok mana. Secara onderdil sangat di pastikan bocah ini tulen lelaki, tetapi secara tatapan mata dan gerak reflek colek mencolek, dia melebihi kemampuan wanita. Dengan seluruh kemampuan analisnya heru menyatakan Sodikin adalah kaum yang di ragukan tetapi sangat di butuhkan suaranya.
Data dari Heru yang brilian begitu mahal harganya. Kubu Dulmajid membayar dengan jasa penjagaan Heru secara Vip. Heru bagaikan Bintang Hollywood yang memasuki pasar tumpah. Di jaga dari bau dan noda sekitar. Penjagaan itu di pastikan di bawah pengawasan sopian and the gang.

Sedangkan kubu Ica membayar dengan kupon diskon dalam berbagai varian. Dari harga gorengan yang di diskon sangat besar, sampai kemudahan akses ketika memesan jajanan. Kalo Heru datang ia bagai berjalan di karpet merah, semua mata memandang, dan sepertinya posisi seperti ini tidak akan heru gadaikan, meskipun ia mendapatkan tawaran menjadi duta shampo lain.
Sepertinya taktik sudah terlihat bergulir ke arah mana. suara laki-laki begitu terlihat akan di ambil Dulmajid, sedangkan suara perempuan jelas secara mutlak milik Ica. kini menjadikan sodikin sebagai koalisi merupakan kartu As. Serangan pertama begitu cepat di awali oleh Dulmajid menjelang H-3 waktu pemilihan.

Sodikin yang sedang duduk manis dan khidmat dalam menikmati telur gulung kaget di hampiri Dulmajid dan pengawal Vipnya. Secara pribadi Dulmajid meminta pasukannya untuk absein menjaga Heru hari ini, karena dia mempunya misi khusus yang membutuhkan interpretasi dan uji mental. Maka dengan berat hati Heru meminjamkan dulu penjaga pribadinya. Nampaknya Ibnu tidak ikut dalam serbuan maut, ini tidak jadi masalah untuk Dulmajid, katanya untuk menghadapi ubur-ubur gemulai, tidak harus mengerahkan batalion dan pasukan khusus. Cukup biarkan pesona raja yang menyelesaikan (sepertinya dulmajid kebanyakan nonton film sailor moon pikirannya penuh dengan manik-manik dunia impian ).

Sodikin gemetar, emang penjual jajanan Sd ikut risau, dan lagi-lagi Ajuh penjaga sekolah kebelet dalam momen yang bersejarah, dengan sangat menyesal ajuh harus izin ke belakang dulu. Tapi dia berjanji akan secepatnya menyelesaikan ritualnya, dan kembali mengikuti kisah ini. 

"Kin, saya langsung saja yah. kamu sebenarnya mau milih aku apa si Ica ?" Dulmajid langsung menyerang ikin dengan pertanyaannya.

"Lah, itu terserah aku dong, terus kan pemilihannya masih 3 hari lagi" (dalam hatinya yang rapuh sodikin berusaha tegar)

"Kin, lu tuh cowok apa cewek, atau sebenernya lu kelewat di sunat ?. nyampe burung lo aja ga ada di sarangnya". gertakan sopian malah di ikuti tawa ejekan anak-anak yang ada di sana.

Wajah Sodikin memerah, dia marah tapi lebih ingin ke pelukan mamah di rumah. memang sodikin lemah, tapi Sodikin ga bisa di giniin. 

"Kalian dengar yah, saya memang berbeda, tolong di ingat berbeda. tapi jangan kira saya ga berani buat jadi diri sendiri." di akhir kalimatnya di iringi badan sodikin yang beranjak. dia beridiri dengan tegak, ups maaf sedikit tegak dengan di ikuti goyangan. Emang telur gulung ikut berdiri. di sampingnya bibi penjual cakue ikut berdiri. dan paling ujung emang tukang cilok malah salto. 

Sopian berteriak dan bertanya kenapa mereka ikut-ikutan ?, para penjual itu saling berpandangan, dan mereka mengklarifikasi, mereka hanya terbawa suasana. Dan akhirnya duduk kembali. Emang baso yang salto juga kembali duduk. Hanya Sodikin yang berdiri menantang.

Kerah Sodikin di angkat oleh Sopian, wajah Sopian mengeras, sepertinya dia sudah kesal dengan permainan mimik manja Sodikin. Dengan wajah garang itu sopian sedikit berteriak

"Kalo lo ga milih dulmajid, maka masa-masa Sd lo yang penuh keceriaan bakalan gua abisin"

Dulmajid dengan wajah so baik mencoba menenangkan Sopian. Dia menyuruh Sopian menurunkan tangannya. Dengan nada datar dulmajid berkata kepada Sodikin

"Tolong kamu pikirin aja kin, pilihan kamu menentukan masa depan kamu".

Dan mereka berlalu meninggalkan Sodikin. Gaya meraka pergi nyaris mirip gerombolan preman pasar yang sudah memalak habis-habisan penjual bros, pin dan pita warna-warni. Kekerasan tercipta di antara keunyuan yang hakiki.
Maka tinggalah Sodikin yang terisak. Sepertinya dia terbebani. Suasana menjadi sendu, sesendu perasaan sodikin yang di tekan habis-habisan. 

Kabar Sodikin yang di serang Dulmajid menjadi viral. Momen ini malah di manfaatkan Ica.
Ica dengan cerdas menghampiri sodikin yang wajahnya sedikit sembab. Sepertinya dia menangis di Wc atau di semak-semak, entah lah mana yang benar. Sodikin sempat di tanya Ibu guru, tapi kata Sodikin, dia cuma kelilipan kaki meja, makanya air matanya sedikit bocor dan tidak terkontrol. Dan ibu gurupun sepertinya sedikit memaklumi, malah sedikit memberikan nasihat. lain kali hati-hati kalo sedang main kaki meja. lalu di sambut anggukan sodikin yang gemulai. Ica mengajak sodikit pulang bareng. Di jalan Sodikin curhat sejadi-jadinya, Ica begitu terperangan mendengar cerita sodikin. Sodikt benar-benar jago dalam bercerita. Ia seperti menyaksikan mahabarata dalam ceritanya. Hampir ia menyuruh Sodikin bercerita yang lainnya, tapi ia akhirnya teringat misi utamanya. Mengajak sodikin berkoalisi.

"Kin, aku mengerti kekesalan sama semua kesedihan kamu, aku pikir kamu ga bisa di giniin. nanti aku bantu laporin bu guru deh".

"Jangan Ica, kalo kamu lapor, nanti Sopian malah makin menjadi".

"Tapi sopian sama Dulmajid sudah mengotori demokrasi Kin, yang seharusnya ini pesta demokrasi malah menjadi ancaman dan intimidasi".
Sodikin menghela nafas sambil memandang langit.

"Aku takut Ca, aku juga ga mau masa-masa indah di sd ini hancur gara-gara masalah pemilihan ini".

Ica menenangkan Sodikin. Di tepuknya pundak Sodikin, sambil ia berbicara.

"Percaya sama aku kin, aku sama temen-temen yang lain akan mendukungmu, kamu cuma perlu memilih dengan nurani"
Sepertinya hati sodikin terketuk, ini ketukan melebihi 3 ketukan, yang artinya sangat spesial.

"Iyah ca, makasih yah. Aku bakal lebih beran, dan aku sekarang tahu harus milih siapa".

Ica tersenyum, dia sangat yakin strateginya lebih ampuh dari Dulmajid yang hanya memanfaatkan gundukan otot yang dengan mudah ia bikin jadi pepes dan Ia tambah mecin dan sedikit bumbu rahasia. langsung hap ia cerna.

Apa cerita ini hanya berlangsung seperti itu ?. sepertinya tidak. Jauh di belakang sekolah di sudut dan di tutupi kabut gelap, berkumpulah empat orang sosok yang sepertinya sedang serius membicarakan hal penting.

"Yah, selebihnya semua masih di dalam rencana, kedepannya hanya sedikit berimprovisasi". Orang pertama membuka suara

"Fakta dan data tidak pernah menipu". orang ke dua ikut menimpali

"Ya, biarkan kami ikut meramaikan suasana" orang ke tiga dan ke empat saling berpandangan dan tersenyum"

"Semoga esok makin menarik" orang pertama tersenyum, lalu mempersilahkan beberapa temannya menyantap kwaci kembali. tidak lupa dengan minuman cola-cola yang di kombinasikan dengan soda gembira.

Saturday, February 11, 2017

Ambiguitas dari Maaf dan Memaafkan.



Cerita 1

" Diem nggak mas!, kamu usil banget sih". Sekali lagi jeritan itu memecah keheningan,  dan seperti biasa di susul suara tawa puas mengiringi jeritan itu. Dimas selalu suka melihat Rahil yang kesal dengan kejahilannya, Selalu ada ide usil yang ia siapkan. Dari membuat kaget rahil yang begitu ekspresif, sampai seperti sekarang ini, mengganggu Rahil yang sedang ngebut ngerjain tugas  untuk di selesaikan sebelum jam pelajaran usai.

Setelah Rahil menaikan kadar jengkelnya dan akan naik level menjadi murka, barulah Dimas dengan santainya mengucap maaf, lalu ngeloyor pergi seenaknya.  Sampai tidak terasa habislah Masa SMA mereka. Entah ratusan atau ribuan kejahilan dimas yang ia tujukan khusus untuk Rahil.
Hingga suatu hari Dimas menyadari, kejailan ini bukan sekedar usil. Tapi ini seperti sebuah media untuk Dimas menyatakan perasaan yang tidak mudah ia utarakan. Dalam diam Dimas menyukai Rahil. Dimas hanya punya satu kesempatan menyampaikannya sebelum jarak memisahkan mereka. Entah takdir yang memisahkan atau memang kehendak yang menggerakan. Seperti itulah nasib di guratkan.

Setelah Acara Wisuda Sma selesai,  Dimas menghampiri Rahil, dia meminta waktu sebentar, ada yang ingin dia bicarakan. dan rahil pun mengikuti dimas ke tempat yang agak jauh dari keramaian.

Dimas : Hil, Selamat yah, akhirnya kita lulus juga, ngomong-ngomong lo jadi kuliah di jogja ?

Rahil : iyah selamat juga buat lo, ga nyangka gue selamet lulus bareng lo yang tengil, iyah jadi. lo 
jadi juga kuliah di jakarta ?.

Dimas : jadi, setengah males gue, kalo bukan paksaan ayah, gue tetep mau kuliah di Bandung.  eh ada yang mau gue omongin serius hil .

Rahil : lah, bisa juga lo serius. lo ga mau nembak gue kan ?

Rahil tertawa, tapi dimas seperti kesetrum jutaan voltase langsung dari sumber listriknya.

Rahil : mas, oooi, masss, malah ngelamun
Dimas berusaha tegar, keringat dingin keluar dari badan yang setengah rapuh dan goyah.

Dimas : Diih, kepedean lo hil, gue cuma pengen minta maaf, resmi ini mah, dari pusat otak sama perasaan gue. gue udah sering jahilin lo.

Rahil : Alhamdulillah, akhirnya lo tobat. ampir gue sumpahin jadi tutug oncom.

Dimas : seriusan gue hil, gue takut kena karma pas ntar kuliah, makanya gue abis-abisin dulu minta maaf sama lo.
Rahil : Canda kali mas, iyah gue maafin. kesel sebenernya, tapi bakal jadi kenangan masa SMA mas. buat gue ceritain sama anak cucu gue ntar. pas masa SMA ada cowok tengil sering banget jailin.
kemudian di ikuti tawa mereka bersama.

Dimas : kejauhan lo mikirnya. yaudah kita resmi damai yah. ibarat lebaran, di mulai dari nol nih.
dari kejauhan keluarga rahil memanggil. sepertinya mereka siap-siap untuk pulang.

Rahil : mas kayaknya gue cabut duluan, mamah udah manggil, sukses yah di ibu kota. terusin mimpi lo, dan jangan jahil sama cewek lain.

Dimas : hahaha, siap, lo juga sukses di jogjanya, nggak hil, cuma lo cewek yang gue jahilin. skali lagi maaf yah.

Rahil pergi meninggalkan Dimas, Dimas Cuma bisa menatap punggung Rahil, Dia harus melepaskan sesuatu yang tidak pernah ia bisa sampaikan. Setelah puas memandang Rahil yang menjauh. dimaspun pergi. dari Arah yang lain, Rahil menoleh ke belakang, sosok itu telah pergi. harapan yang pernah ia perjuangkan dan ia tunggu telah pergi.
Lalu Apa artinya Maaf ?!, Pengalihan ?. Ambiguitas ?, Pengecut ? atau Tanda titik yang tidak pada tempatnya.
=====================================End===============================

Cerita 2
Minggu pagi. di sebuah teras berukuran 2 x 1.2 m. Dengan halaman yang menghijau oleh vegetasi dan tidak lupa hamparan rumput zosya matrella yang di rawat baik oleh pemiliknya.

Dua orang anak kecil sekitaran umur 5 atau 6 tahun sedang asik bermain. Awalnya mereka bermain dengan riang, tapi etah apa yang terjadi. Mereka malah menjadi bertengkar. Anak kecil yang bernama Bobi sambil menahan tangis meneriaki anak satunya yang bernama Arya.
Arya tidak mau kalah. Dia balas meneriakinya. Dikatakannya Bobi main curang.

Dari dalam rumah, Pa Hamid datang. Dia menghampiri kedua anaknya. Ia tanyakan ada apa. Setelah mendengarkan ke dua anaknya. Terrnyata masalahnya sangat sepele. Mereka sedang bermain mobil-mobilan lalau ke dua anak itu ngotot ingin jadi pemenangna dalam perlombaan yang mereka ciptakan.

Pa hamid mengajak mereka untuk duduk bersila. Sambil menghapus sisa air mata pada kedua anaknya Pa Hamid coba kembali bertanya. Arya sambil agak terisak mulai bercerita.

"Ka Bobi main curang pa, Harusnya mobil Arya yang sampe finish duluan, tapi ka Bobi malah nabrakin mobil Arya pake mobil dia."

Arya mengakhiri kalimatnya sambil terus terisak, Pa Hamid sedikit menghela nafas. kemudian bergantian menanyai Bobi.

"Bob, bener apa yang Arya bilang ?"

Bobi  masih menunduk, seperti enggan membuka mulutnya, tapi dia juga tak kuasa untuk tidak menjawab pertanyaan bapaknya. kemudia beberapa kalimat terlontar dari mulut kecilnya.

"Bukan gitu pa, kemarin Bobi sama Arya lihat fIlm, di film itu mobil putih yang jadi Juara. Bobi cuma ingtein Arya, Harusnya mobil putih Bobi yang menang, itu aturannya"

Pa Hamid pun tersenyum melihat kepolosan kedua anaknya. Sepertinya ini momen yang pas, untuk Pa Hamid mengajarkan bekal yang berharga untuk mereka.

"Sini mendekat". Pa Hamid memeluk kedua anaknya, sekaligus mengusap-usap kepalanya".

"Nak, ketika kalian merasa sama-sama benar, tetapi dalam hati kalian merasakan ada sedikit ketidak benaran, maka jangan pernah ragu untuk saling meminta maaf, mungkin untuk sekarang kalian belum terlalu memahami arti memaafkan, tapi kelak bapak harap kalian mengerti makna kalimat ini".

Pa Hamid meminta Bobi dan Arya saling memaafkan. Mereka saling berjabat tangan. Pada Arya pa hamid berkata, "Ka Bobi cuma pengen ngingetin aturannya, tapi dia belum bisa cara nyampein yang baik, maafin ka Bobi yah" dan arya pun membalas dengan anggukan.

Pada Bobi Pa Hamid berkata. " Kamu udah bagus Bob, Bisa ngingetin adik kamu, tapi caranya yang harus di perhalus, karena dengan cara yang benar, bakal jadi sesuatu yang baik." Bobi juga membalas dengan anggukan.

Yasudah sekarang pada masuk dulu, itu ibu di dalem udah nyiapin makanan kesuakaan kalian, nasi goreng mata sapi. Mereka berlarian memasuki rumah sambil berteriak "Nasi goyeeeeeeeeeeeng ibuuuuu "

Pa hamid tersenyum melihat anaknya berlarian. Di dalam hatinya ia telah menerapkan dasar pemahaman dari meminta maaf dan memaafkan, semoga kelak anaknya semakin memahami arti yang lebih dalam.

================================== End ===============================

Dua makna memaafkan tergambar dari cerita itu. Seperti maaf yang bertransformasi menjadi maaf lain, maaf yang sbenarnya bermakna Cinta. Sebuah maaf yang tidak tersampaikan dengan sempurna.
lalu pada cerita yang ke dua, seorang bapak mengajari dasar dari kata maaf dan makna dari memaafkan. Ada makna dan tujuan besar. Dia ingin anaknya belajar merasakan kehangatan dari saling memaafkan, ada harapan kelak maaf itu tumbuh dan mekar. Memiliki anak yang berjiwa welas asih mungkin menjadi salah satu tujuan Pa Hamid, kenapa ia menabur bibit pada masa kecil anaknya.
Maka sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana kalo Kata maaf dan Memaafkan itu tak pernah tercipta dan ada ?.

Sepertinya bibit kebencian akan lebih terangsang untuk tumbuh, pemahaman tentang ego yang di biarkan menjalar bagai virus yang memasuki sel-sel kehidupan. Tidak adak lagi indahnya welas asih. Sepertinya senyum akan menjadi hambar, tidak akan pernah ada lagu-lagu sendu yang tercipta atas dasar kata maaf. Selebihnya akan ada hati yang bimbang, tentang sebuah kebingungan. Penyesalan yang tidak bisa tersalurkan. Hati yang bebal dan membatu, lalu ruang hampa yang tenggelam bersama bayang-bayang kebencian.

Entah sejak kapan maaf itu ada, kalo menelusuri literatur berdasarkan kitab, sepertinya dari zaman Adam dan Hawa maaf sudah pernah tercetuskan. Mungkin adam yang meminta maaf terhadap Tuhan atas keteledoran melanggar larangannya, atau Hawa yang minta maaf karna memaksa Adam. Atau Tuhan yang memaafkan mereka karena sifat Tuhan yang  maha pemaaf. Sejatinya maaf dan memaafkan telah tercipta ribuan hingga jutaan tahun yang lalu.

Seperti yang di rasakan maaf itu begitu cerdik dalam menyentuh sudut sensitif, maaf itu verbal yang sangat halus. Dan memaafkan itu pelajaran paling berharga dalam peradaban umat manusia.
Seperti sekarang manusia modern begitu terampil dan piawai dalam memainkan kata maaf yang harusnya mengartikan mengakui kesalahan dan melakukan sebuah permohonan, menjadikan makna yang ambigu. Dan dengan rasa maaf yang tidak jelas, saya akhiri tulisan ini. Maaf.

Original image from : http://www.huffingtonpost.com/news/forgiveness/


Friday, February 3, 2017

Tinta hitam dan sketsa monochrome

Sendu itu datang lagi, bosan itu kembali menyeruak. Rutinitas ibarat gulungan ombak, saling sahut menyahut  hanya bisa di hentikan oleh tepian dan dinamika karang. Sedikit menarik nafas, berusaha untuk tidak tergesa-gesa dalam menghempaskannya. Sekali-kali di imbangi dengan memejamkan mata. Gelap memang, tetapi jauh di ujung memori. sedikit merindukan cahaya.

Berada pada dunia yang membutuhkan ekstra kopi dan kelebihan kreatifitas memang susah. Terlebih saya sudah sedikit melupakan doping sakti seperti kopi dan rokok. Saya menghentikan rokok karena berbagai alasan yang sedikit mengada-ngada tapi itu adanya. Dimulai dari was-was dengan gigi yang keropos di masa tua sampai ngeri terhadap teror pemerintah lewat gambar seram pada label rokok. Gambar itu cukup mengintimidasi saya, yang pura-pura gahar tetapi tetap terlalu lembut di dalam. Kopi, sesekali tetap di nikmati. Karena sensasinya yang saya belum mengerti sampai saat ini, cukup menambah gairah pada hari yang lumayan gerah. Cukup menambah ekstra tenaga pada usaha yang sudah mulai memasuki masa melemah dan berujung pada merindukan kasur lepek di kamar ukuran 3x2.

Rasa penat ini sepertinya butuh treatment  khusus. Tidak hanya kopi dan ekstra buku yang menjelma menjadi candu. Tapi harus ada ekstra toping untuk melengkapinya. Maka secara gaib tapi seksi, saya menemukan sketsa menjadi pelampiasan dalam menstabilkan dunia kreatifitas saya. Di tengah proyek yang di buru dan hampir menyentuh batas. Sketsa menjadi hal seksi yang bisa saya gerayangi. Lewat goresan tinta hitam yang terkesan sederhana namun lugas. saya mulai mebuat beberapa karya.

keterbatasan waktu dan malas menjajal teori membuat saya lebih menyukai media monocrome atau hitam putih. jauh dari kesan warna yang menggugah. tapi lewat kesederhanaan warna, saya mencoba menggali keberagaman rasa. Pada awalnya saya menemukan kembali ketertarikan terhadap sketsa. saya menggambar sebuah peninggalan sejarah. yaitu Aztek.


Jangan tanyakan saya tentang aztek dan seluruh peninggalan sejarahnya. Saya hanya akan menjawab, "silahkan mendekatkan diri kepada yang maha Google". Saya hanya bisa menjelaskan pandangan atau perasaan saya, kenapa menggoreskan pena dan tervisualisasikanlah gambar tersebut. Aztek mewakilkan perasaan saya yang mencintai sejarah dan segala peradabannya. Garis tegak lurus yang kasar di padukan dengan goresan tinta hitam, cukup menambah makna tentang sebuah usaha untuk melampiaskan kejenuhan lewat gambar.



Membelah lautan dan benua, menyingsingkan jarak dan melipat arah. Maka sampailah saya di Venice. Sebuah kota yang nyaris di makan air. Katanya ini salah satu tempat romantis. menyusuri bau air dengan gondola dengan emang-emang yang menggunakan bahasa pizza, Italia. Unsur sejarah tetap saya masukan kembali, ya begitulah saya, terlalu cinta pada sejarah. Tapi dulu malah kerap tertidur pada pelajaran sejarah. ironi, tetapi cukup ciamik untuk di kenang.

Sepertinya hormon saya sedang bergejolak, ingin memvisualkan rasa romantis pada suatu karya. Jauh-jauh saya harus main air dan  basah-basahan lewat pikiran. Garisnya masih khas tegas dan kaku, tapi sedikit elemen lengkung membuat pemanis diantara dinamis. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa pergi ke tempat ini. Memvisualkan secara nyata, menyentuh air secara nyata, dan tidak harus membayangkan bau basah secara berlebih.


Sepertinya pikiran sedang bebal, kompleksitas tertata dengan huru-hara. Ada rasa penat yang menyeruak. Semua itu tervisualisasi dengan sebuah bangunan di yaman, saling menumpuk dalam suatu tebing yang curam. Unsur kegelapan dan sudut keras hadir nyata di atas kertas. Gelap terang dari arsiran seolah berdalih dan purwarupa dari emosi yang seolah-olah di tahan dan dengan bebas di tumpahkan lewat kertas putih dan media pena hitam.


Setelah berkelana di alam imajenasi, saya kembali terhempas di dunia nyata. Kali ini saya melakukannya secara nyata. Terdampar di salah satu sudut tempat ngopi. waktu itu pacar saya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Saya keluarkan sketchbook beserta drawing pen 0,05mm dan 0,1mm. Tanpa melibatkan pinsil. Sebenarnya buka so jagoan. Cuma mengetes keraguan. Dengan menggambar tanpa pinsil, kita di paksa untuk lebih peka dan tidak takut salah. Kalaupun terjadi kesalahan, biarkan itu terjadi secara alamiah dan tak harus di sesali. Malah jadikan goresan yang salah menjadi garis baru untuk melengkapi garis yang akan di ciptakan selanjutnya.

 Hari selasa yang di berkahi cahaya yang cukup, cuaca yang nyaman dan energi positif mengarahkan saya pada sebuah toko buku. menemukan buku di rak yang tertata rapih ibarat jodoh. memilih dengan mata dan hati sambil sesekali mengendus aroma buku baru. membuat kenyang pikiran dan mengobati hasrat.
Buku yang saya pilih berupa buku tebal dengan gambar yang lebih banyak daripada deskripsi. ya begitulah buku portofolio  desain. cukup menggugah selera dan menimbulkan sumringah. ada salah satu view desain yang saya suka. sehingga saya coba mentransfernya ke dalam sebuah sketsa.


Material yang berkilau dan kaya warna di reduksi kembali menjadi monocrome. hitam putih yang selalu terlihat bijaksana. Tidak angkuh dengan keragaman tapi tetap padu dengan minimalnya warna yang di hadirkan. Selain sketsa yang benar-benar mempengaruhi suasana hati, sketsa juga kerap membantu saya dalan bekerja. dari sketsa ide  sederhana, lalu lewat sebua metode di kembangkan. maka lahirlah sebuah karya yang cukup enak di pandang.


Begitulah sketsa mengisi ruang, goresan sederhana yang cukup menarik untuk di perbincangkan. Membangun suasana, merancang ide dan mentransformasikannya menjadi visualisasi karya.
Bukan perkara warna dan rasa, tapi ini mengenai apresiasi dari sebuah alasan. Alasan untuk membungkus hal yang baru dan berjalan sinergis dengan pola rutinitas. Jadi apa monochrome itu masih terlihat membosankan ?







Team of Janevalla studio

cara membuat link pada gambar

Conspiracy enthusiast

cara membuat link pada gambar

Stupid sketcher

cara membuat link pada gambar

Instagram

Popular Posts

New concept. Powered by Blogger.

About me

My photo
Bandung, Jawa barat, Indonesia
Menjadi seseorang yang terjun di dunia kreatifitas, membuat saya selalu menggali sesuatu yang baru. melihat dari sudut pandang yang berbeda dan mencari sampai detail terkecil. . pria kelahiran generasi 90, pernah hidup dalam masa keemasan. mencintai keluarga dalam seluruh lapisan. . suka menulis dan membaca, sebagaimana di ajarkan ibu guru sd waktu dulu, seiring perkembangan zaman menjerumuskan diri di dunia desain, khususnya desain interior.

mobilizers