Ambiguitas dari Maaf dan Memaafkan.
Cerita 1
" Diem nggak mas!, kamu usil banget sih". Sekali
lagi jeritan itu memecah keheningan, dan
seperti biasa di susul suara tawa puas mengiringi jeritan itu. Dimas selalu
suka melihat Rahil yang kesal dengan kejahilannya, Selalu ada ide usil yang ia siapkan.
Dari membuat kaget rahil yang begitu ekspresif, sampai seperti sekarang ini,
mengganggu Rahil yang sedang ngebut ngerjain tugas untuk di selesaikan sebelum jam pelajaran
usai.
Setelah Rahil menaikan kadar jengkelnya dan akan naik level
menjadi murka, barulah Dimas dengan santainya mengucap maaf, lalu ngeloyor
pergi seenaknya. Sampai tidak terasa
habislah Masa SMA mereka. Entah ratusan atau ribuan kejahilan dimas yang ia
tujukan khusus untuk Rahil.
Hingga suatu hari Dimas menyadari, kejailan ini bukan
sekedar usil. Tapi ini seperti sebuah media untuk Dimas menyatakan perasaan
yang tidak mudah ia utarakan. Dalam diam Dimas menyukai Rahil. Dimas hanya
punya satu kesempatan menyampaikannya sebelum jarak memisahkan mereka. Entah
takdir yang memisahkan atau memang kehendak yang menggerakan. Seperti itulah
nasib di guratkan.
Setelah Acara Wisuda Sma selesai, Dimas menghampiri Rahil, dia meminta waktu
sebentar, ada yang ingin dia bicarakan. dan rahil pun mengikuti dimas ke tempat
yang agak jauh dari keramaian.
Dimas : Hil, Selamat yah, akhirnya kita lulus juga,
ngomong-ngomong lo jadi kuliah di jogja ?
Rahil : iyah selamat juga buat lo, ga nyangka gue selamet
lulus bareng lo yang tengil, iyah jadi. lo
jadi juga kuliah di jakarta ?.
Dimas : jadi, setengah males gue, kalo bukan paksaan ayah,
gue tetep mau kuliah di Bandung. eh ada
yang mau gue omongin serius hil .
Rahil : lah, bisa juga lo serius. lo ga mau nembak gue kan ?
Rahil tertawa, tapi dimas seperti kesetrum jutaan voltase
langsung dari sumber listriknya.
Rahil : mas, oooi, masss, malah ngelamun
Dimas berusaha tegar, keringat dingin keluar dari badan yang
setengah rapuh dan goyah.
Dimas : Diih, kepedean lo hil, gue cuma pengen minta maaf,
resmi ini mah, dari pusat otak sama perasaan gue. gue udah sering jahilin lo.
Rahil : Alhamdulillah, akhirnya lo tobat. ampir gue sumpahin
jadi tutug oncom.
Dimas : seriusan gue hil, gue takut kena karma pas ntar
kuliah, makanya gue abis-abisin dulu minta maaf sama lo.
Rahil : Canda kali mas, iyah gue maafin. kesel sebenernya,
tapi bakal jadi kenangan masa SMA mas. buat gue ceritain sama anak cucu gue
ntar. pas masa SMA ada cowok tengil sering banget jailin.
kemudian di ikuti tawa mereka bersama.
Dimas : kejauhan lo mikirnya. yaudah kita resmi damai yah.
ibarat lebaran, di mulai dari nol nih.
dari kejauhan keluarga rahil memanggil. sepertinya mereka
siap-siap untuk pulang.
Rahil : mas kayaknya gue cabut duluan, mamah udah manggil,
sukses yah di ibu kota. terusin mimpi lo, dan jangan jahil sama cewek lain.
Dimas : hahaha, siap, lo juga sukses di jogjanya, nggak hil,
cuma lo cewek yang gue jahilin. skali lagi maaf yah.
Rahil pergi meninggalkan Dimas, Dimas Cuma bisa menatap
punggung Rahil, Dia harus melepaskan sesuatu yang tidak pernah ia bisa
sampaikan. Setelah puas memandang Rahil yang menjauh. dimaspun pergi. dari Arah
yang lain, Rahil menoleh ke belakang, sosok itu telah pergi. harapan yang
pernah ia perjuangkan dan ia tunggu telah pergi.
Lalu Apa artinya Maaf ?!, Pengalihan ?. Ambiguitas ?, Pengecut
? atau Tanda titik yang tidak pada tempatnya.
=====================================End===============================
Cerita 2
Minggu pagi. di sebuah teras
berukuran 2 x 1.2 m. Dengan halaman yang menghijau oleh vegetasi dan tidak lupa
hamparan rumput zosya matrella yang di rawat baik oleh pemiliknya.
Dua orang anak kecil sekitaran umur
5 atau 6 tahun sedang asik bermain. Awalnya mereka bermain dengan riang, tapi
etah apa yang terjadi. Mereka malah menjadi bertengkar. Anak kecil yang bernama
Bobi sambil menahan tangis meneriaki anak satunya yang bernama Arya.
Arya tidak mau kalah. Dia balas
meneriakinya. Dikatakannya Bobi main curang.
Dari dalam
rumah, Pa Hamid datang. Dia menghampiri kedua anaknya. Ia tanyakan ada apa.
Setelah mendengarkan ke dua anaknya. Terrnyata masalahnya sangat sepele. Mereka
sedang bermain mobil-mobilan lalau ke dua anak itu ngotot ingin jadi pemenangna
dalam perlombaan yang mereka ciptakan.
Pa hamid
mengajak mereka untuk duduk bersila. Sambil menghapus sisa air mata pada kedua
anaknya Pa Hamid coba kembali bertanya. Arya sambil agak terisak mulai
bercerita.
"Ka
Bobi main curang pa, Harusnya mobil Arya yang sampe finish duluan, tapi ka Bobi
malah nabrakin mobil Arya pake mobil dia."
Arya mengakhiri kalimatnya sambil terus terisak, Pa Hamid sedikit menghela nafas.
kemudian bergantian menanyai Bobi.
"Bob,
bener apa yang Arya bilang ?"
Bobi masih menunduk, seperti enggan membuka
mulutnya, tapi dia juga tak kuasa untuk tidak menjawab pertanyaan bapaknya.
kemudia beberapa kalimat terlontar dari mulut kecilnya.
"Bukan
gitu pa, kemarin Bobi sama Arya lihat fIlm, di film itu mobil putih yang jadi
Juara. Bobi cuma ingtein Arya, Harusnya mobil putih Bobi yang menang, itu
aturannya"
Pa Hamid
pun tersenyum melihat kepolosan kedua anaknya. Sepertinya ini momen yang pas,
untuk Pa Hamid mengajarkan bekal yang berharga untuk mereka.
"Sini
mendekat". Pa Hamid memeluk kedua anaknya, sekaligus mengusap-usap
kepalanya".
"Nak,
ketika kalian merasa sama-sama benar, tetapi dalam hati kalian merasakan ada
sedikit ketidak benaran, maka jangan pernah ragu untuk saling meminta maaf,
mungkin untuk sekarang kalian belum terlalu memahami arti memaafkan, tapi kelak
bapak harap kalian mengerti makna kalimat ini".
Pa Hamid
meminta Bobi dan Arya saling memaafkan. Mereka saling berjabat tangan. Pada
Arya pa hamid berkata, "Ka Bobi cuma pengen ngingetin aturannya, tapi dia
belum bisa cara nyampein yang baik, maafin ka Bobi yah" dan arya pun
membalas dengan anggukan.
Pada Bobi
Pa Hamid berkata. " Kamu udah bagus Bob, Bisa ngingetin adik kamu, tapi
caranya yang harus di perhalus, karena dengan cara yang benar, bakal jadi
sesuatu yang baik." Bobi juga membalas dengan anggukan.
Yasudah
sekarang pada masuk dulu, itu ibu di dalem udah nyiapin makanan kesuakaan
kalian, nasi goreng mata sapi. Mereka berlarian
memasuki rumah sambil berteriak "Nasi goyeeeeeeeeeeeng ibuuuuu "
Pa hamid
tersenyum melihat anaknya berlarian. Di dalam hatinya ia telah menerapkan dasar
pemahaman dari meminta maaf dan memaafkan, semoga kelak anaknya semakin memahami
arti yang lebih dalam.
==================================
End ===============================
Dua makna
memaafkan tergambar dari cerita itu. Seperti maaf yang bertransformasi menjadi
maaf lain, maaf yang sbenarnya bermakna Cinta. Sebuah maaf yang tidak
tersampaikan dengan sempurna.
lalu pada
cerita yang ke dua, seorang bapak mengajari dasar dari kata maaf dan makna dari
memaafkan. Ada makna dan tujuan besar. Dia ingin anaknya belajar merasakan
kehangatan dari saling memaafkan, ada harapan kelak maaf itu tumbuh dan mekar.
Memiliki anak yang berjiwa welas asih mungkin menjadi salah satu tujuan Pa Hamid, kenapa ia menabur bibit pada masa kecil anaknya.
Maka
sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana kalo Kata maaf dan Memaafkan itu tak
pernah tercipta dan ada ?.
Sepertinya
bibit kebencian akan lebih terangsang untuk tumbuh, pemahaman tentang ego yang
di biarkan menjalar bagai virus yang memasuki sel-sel kehidupan. Tidak adak
lagi indahnya welas asih. Sepertinya senyum akan menjadi hambar, tidak akan
pernah ada lagu-lagu sendu yang tercipta atas dasar kata maaf. Selebihnya
akan ada hati yang bimbang, tentang sebuah kebingungan. Penyesalan yang tidak
bisa tersalurkan. Hati yang bebal dan membatu, lalu ruang hampa yang tenggelam
bersama bayang-bayang kebencian.
Entah sejak
kapan maaf itu ada, kalo menelusuri literatur berdasarkan kitab, sepertinya
dari zaman Adam dan Hawa maaf sudah pernah tercetuskan. Mungkin adam yang
meminta maaf terhadap Tuhan atas keteledoran melanggar larangannya, atau Hawa
yang minta maaf karna memaksa Adam. Atau Tuhan yang memaafkan mereka karena sifat
Tuhan yang maha pemaaf. Sejatinya maaf
dan memaafkan telah tercipta ribuan hingga jutaan tahun yang lalu.
Seperti
yang di rasakan maaf itu begitu cerdik dalam menyentuh sudut sensitif, maaf itu
verbal yang sangat halus. Dan memaafkan itu pelajaran paling berharga dalam
peradaban umat manusia.
Seperti
sekarang manusia modern begitu terampil dan piawai dalam memainkan kata maaf yang harusnya mengartikan mengakui kesalahan dan melakukan sebuah
permohonan, menjadikan makna yang ambigu. Dan dengan rasa maaf yang tidak
jelas, saya akhiri tulisan ini. Maaf.
Original image from : http://www.huffingtonpost.com/news/forgiveness/
Original image from : http://www.huffingtonpost.com/news/forgiveness/
Keren banget ih! Ku suka sama permisalannya. Pemilihan katanya juga pas bangett...
ReplyDeleteMasih dalam rangka ngulik kata mba, makasih yah udah berkunjung
Delete