Politik Cilik (Cerbung). Chapter 3
Chapter 3 : Rayuan, Intimidasi dan Sodikin yang gemulai.
Perang semakin jelas terlihat. Meski bendera tidak di kibarkan. Ke dua kubu telah mengambil langkah yang nyata. Pihak Dulmajid bin hasan sepertinya sedikit mengambil cara radikal dengan menggandeng kubu sopian yang barbar namun sedikit berhati sendu. Sedangkan kubu Riska julaeha yang makin hangat jika di panggil Ica mengambil langkah yang tidak kalah gemilang, dengan mengambil ide besar melumpuhkan salah satu sektor penting, yaitu perekonomian.
Waktu semakin bergulir, terhitung sudah empat hari berlalu. Dari hari pengukuhan bahwa era Bobi Sulaiman telah berakhir. Ada sedikit keganjilan, Bobi Sulaiman sangat jarang terlihat, terkecuali sedang jam pelajaran. Beredar isu yang menyebutkan kalo Bobi agak setres, Bobi mulai minum temulawak dengan di temani mie anak mass. Ada yang bilang juga Bobi kerap menghabiskan waktu berjudi dengan emang-emang tarik benang. kalau kalah mendapat hati yang gusar, kalo menang mendapatkan poster Dragoon Ball.
Lupakan sejenak tentang Bobi yang tenggelam dalam bayang-bayang. Kita kembali pada dua kubu yang ubun-ubunnya sepanas kompor minyak. Ke dua kubu saling bergantian mendatangi balai survei Heru Hairudin. Statistik yang ia hitung tidak pernah melenceng. Ia ibarat dukun dengan sajen angka dan data. Data yang ia sampaikan ke dua kubu adalah jumlah statistik pemilih. Dan ini merupakan data yang mereka butuhkan.
Datanya seperti ini :
Dari data pemilih kelas 5 adalah 41 orang. 20 merupakan wanita, dan 20 lelaki dengan 1 orang yang abstain dalam menentukan gender. Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah sodikin yang gemulai. Dengan badan lelakinya sedangkan gemulai kelakuannya, Heru begitu bingung dalam menentukan dia harus masuk kelompok mana. Secara onderdil sangat di pastikan bocah ini tulen lelaki, tetapi secara tatapan mata dan gerak reflek colek mencolek, dia melebihi kemampuan wanita. Dengan seluruh kemampuan analisnya heru menyatakan Sodikin adalah kaum yang di ragukan tetapi sangat di butuhkan suaranya.
Data dari Heru yang brilian begitu mahal harganya. Kubu Dulmajid membayar dengan jasa penjagaan Heru secara Vip. Heru bagaikan Bintang Hollywood yang memasuki pasar tumpah. Di jaga dari bau dan noda sekitar. Penjagaan itu di pastikan di bawah pengawasan sopian and the gang.
Sedangkan kubu Ica membayar dengan kupon diskon dalam berbagai varian. Dari harga gorengan yang di diskon sangat besar, sampai kemudahan akses ketika memesan jajanan. Kalo Heru datang ia bagai berjalan di karpet merah, semua mata memandang, dan sepertinya posisi seperti ini tidak akan heru gadaikan, meskipun ia mendapatkan tawaran menjadi duta shampo lain.
Sepertinya taktik sudah terlihat bergulir ke arah mana. suara laki-laki begitu terlihat akan di ambil Dulmajid, sedangkan suara perempuan jelas secara mutlak milik Ica. kini menjadikan sodikin sebagai koalisi merupakan kartu As. Serangan pertama begitu cepat di awali oleh Dulmajid menjelang H-3 waktu pemilihan.
Sodikin yang sedang duduk manis dan khidmat dalam menikmati telur gulung kaget di hampiri Dulmajid dan pengawal Vipnya. Secara pribadi Dulmajid meminta pasukannya untuk absein menjaga Heru hari ini, karena dia mempunya misi khusus yang membutuhkan interpretasi dan uji mental. Maka dengan berat hati Heru meminjamkan dulu penjaga pribadinya. Nampaknya Ibnu tidak ikut dalam serbuan maut, ini tidak jadi masalah untuk Dulmajid, katanya untuk menghadapi ubur-ubur gemulai, tidak harus mengerahkan batalion dan pasukan khusus. Cukup biarkan pesona raja yang menyelesaikan (sepertinya dulmajid kebanyakan nonton film sailor moon pikirannya penuh dengan manik-manik dunia impian ).
Sodikin gemetar, emang penjual jajanan Sd ikut risau, dan lagi-lagi Ajuh penjaga sekolah kebelet dalam momen yang bersejarah, dengan sangat menyesal ajuh harus izin ke belakang dulu. Tapi dia berjanji akan secepatnya menyelesaikan ritualnya, dan kembali mengikuti kisah ini.
"Kin, saya langsung saja yah. kamu sebenarnya mau milih aku apa si Ica ?" Dulmajid langsung menyerang ikin dengan pertanyaannya.
"Lah, itu terserah aku dong, terus kan pemilihannya masih 3 hari lagi" (dalam hatinya yang rapuh sodikin berusaha tegar)
"Kin, lu tuh cowok apa cewek, atau sebenernya lu kelewat di sunat ?. nyampe burung lo aja ga ada di sarangnya". gertakan sopian malah di ikuti tawa ejekan anak-anak yang ada di sana.
Wajah Sodikin memerah, dia marah tapi lebih ingin ke pelukan mamah di rumah. memang sodikin lemah, tapi Sodikin ga bisa di giniin.
"Kalian dengar yah, saya memang berbeda, tolong di ingat berbeda. tapi jangan kira saya ga berani buat jadi diri sendiri." di akhir kalimatnya di iringi badan sodikin yang beranjak. dia beridiri dengan tegak, ups maaf sedikit tegak dengan di ikuti goyangan. Emang telur gulung ikut berdiri. di sampingnya bibi penjual cakue ikut berdiri. dan paling ujung emang tukang cilok malah salto.
Sopian berteriak dan bertanya kenapa mereka ikut-ikutan ?, para penjual itu saling berpandangan, dan mereka mengklarifikasi, mereka hanya terbawa suasana. Dan akhirnya duduk kembali. Emang baso yang salto juga kembali duduk. Hanya Sodikin yang berdiri menantang.
Kerah Sodikin di angkat oleh Sopian, wajah Sopian mengeras, sepertinya dia sudah kesal dengan permainan mimik manja Sodikin. Dengan wajah garang itu sopian sedikit berteriak
"Kalo lo ga milih dulmajid, maka masa-masa Sd lo yang penuh keceriaan bakalan gua abisin"
Dulmajid dengan wajah so baik mencoba menenangkan Sopian. Dia menyuruh Sopian menurunkan tangannya. Dengan nada datar dulmajid berkata kepada Sodikin
"Tolong kamu pikirin aja kin, pilihan kamu menentukan masa depan kamu".
Dan mereka berlalu meninggalkan Sodikin. Gaya meraka pergi nyaris mirip gerombolan preman pasar yang sudah memalak habis-habisan penjual bros, pin dan pita warna-warni. Kekerasan tercipta di antara keunyuan yang hakiki.
Maka tinggalah Sodikin yang terisak. Sepertinya dia terbebani. Suasana menjadi sendu, sesendu perasaan sodikin yang di tekan habis-habisan.
Kabar Sodikin yang di serang Dulmajid menjadi viral. Momen ini malah di manfaatkan Ica.
Ica dengan cerdas menghampiri sodikin yang wajahnya sedikit sembab. Sepertinya dia menangis di Wc atau di semak-semak, entah lah mana yang benar. Sodikin sempat di tanya Ibu guru, tapi kata Sodikin, dia cuma kelilipan kaki meja, makanya air matanya sedikit bocor dan tidak terkontrol. Dan ibu gurupun sepertinya sedikit memaklumi, malah sedikit memberikan nasihat. lain kali hati-hati kalo sedang main kaki meja. lalu di sambut anggukan sodikin yang gemulai. Ica mengajak sodikit pulang bareng. Di jalan Sodikin curhat sejadi-jadinya, Ica begitu terperangan mendengar cerita sodikin. Sodikt benar-benar jago dalam bercerita. Ia seperti menyaksikan mahabarata dalam ceritanya. Hampir ia menyuruh Sodikin bercerita yang lainnya, tapi ia akhirnya teringat misi utamanya. Mengajak sodikin berkoalisi.
"Kin, aku mengerti kekesalan sama semua kesedihan kamu, aku pikir kamu ga bisa di giniin. nanti aku bantu laporin bu guru deh".
"Jangan Ica, kalo kamu lapor, nanti Sopian malah makin menjadi".
"Tapi sopian sama Dulmajid sudah mengotori demokrasi Kin, yang seharusnya ini pesta demokrasi malah menjadi ancaman dan intimidasi".
Sodikin menghela nafas sambil memandang langit.
"Aku takut Ca, aku juga ga mau masa-masa indah di sd ini hancur gara-gara masalah pemilihan ini".
Ica menenangkan Sodikin. Di tepuknya pundak Sodikin, sambil ia berbicara.
"Percaya sama aku kin, aku sama temen-temen yang lain akan mendukungmu, kamu cuma perlu memilih dengan nurani"
Sepertinya hati sodikin terketuk, ini ketukan melebihi 3 ketukan, yang artinya sangat spesial.
"Iyah ca, makasih yah. Aku bakal lebih beran, dan aku sekarang tahu harus milih siapa".
Ica tersenyum, dia sangat yakin strateginya lebih ampuh dari Dulmajid yang hanya memanfaatkan gundukan otot yang dengan mudah ia bikin jadi pepes dan Ia tambah mecin dan sedikit bumbu rahasia. langsung hap ia cerna.
Apa cerita ini hanya berlangsung seperti itu ?. sepertinya tidak. Jauh di belakang sekolah di sudut dan di tutupi kabut gelap, berkumpulah empat orang sosok yang sepertinya sedang serius membicarakan hal penting.
"Yah, selebihnya semua masih di dalam rencana, kedepannya hanya sedikit berimprovisasi". Orang pertama membuka suara
"Fakta dan data tidak pernah menipu". orang ke dua ikut menimpali
"Ya, biarkan kami ikut meramaikan suasana" orang ke tiga dan ke empat saling berpandangan dan tersenyum"
"Semoga esok makin menarik" orang pertama tersenyum, lalu mempersilahkan beberapa temannya menyantap kwaci kembali. tidak lupa dengan minuman cola-cola yang di kombinasikan dengan soda gembira.
0 comments:
Post a Comment