Tinta hitam dan sketsa monochrome
Sendu itu datang lagi, bosan itu kembali menyeruak. Rutinitas
ibarat gulungan ombak, saling sahut menyahut hanya bisa di hentikan oleh tepian dan
dinamika karang. Sedikit menarik nafas, berusaha untuk tidak tergesa-gesa dalam
menghempaskannya. Sekali-kali di imbangi dengan memejamkan mata. Gelap memang,
tetapi jauh di ujung memori. sedikit merindukan cahaya.
Berada pada dunia yang membutuhkan ekstra kopi dan kelebihan
kreatifitas memang susah. Terlebih saya sudah sedikit melupakan doping sakti
seperti kopi dan rokok. Saya menghentikan rokok karena berbagai alasan yang
sedikit mengada-ngada tapi itu adanya. Dimulai dari was-was dengan gigi yang
keropos di masa tua sampai ngeri terhadap teror pemerintah lewat gambar seram pada
label rokok. Gambar itu cukup mengintimidasi saya, yang pura-pura gahar tetapi
tetap terlalu lembut di dalam. Kopi, sesekali tetap di nikmati. Karena sensasinya yang saya
belum mengerti sampai saat ini, cukup menambah gairah pada hari yang lumayan
gerah. Cukup menambah ekstra tenaga pada usaha yang sudah mulai memasuki masa
melemah dan berujung pada merindukan kasur lepek di kamar ukuran 3x2.
Rasa penat ini sepertinya butuh treatment khusus. Tidak hanya kopi dan ekstra buku yang
menjelma menjadi candu. Tapi harus ada ekstra toping untuk melengkapinya. Maka
secara gaib tapi seksi, saya menemukan sketsa menjadi pelampiasan dalam
menstabilkan dunia kreatifitas saya. Di tengah proyek yang di buru dan hampir menyentuh batas. Sketsa menjadi hal seksi yang bisa saya gerayangi. Lewat goresan tinta hitam
yang terkesan sederhana namun lugas. saya mulai mebuat beberapa karya.
keterbatasan waktu dan malas menjajal teori membuat saya
lebih menyukai media monocrome atau hitam putih. jauh dari kesan warna yang
menggugah. tapi lewat kesederhanaan warna, saya mencoba menggali keberagaman
rasa. Pada awalnya saya menemukan kembali ketertarikan terhadap
sketsa. saya menggambar sebuah peninggalan sejarah. yaitu Aztek.
Jangan tanyakan saya tentang aztek dan seluruh peninggalan
sejarahnya. Saya hanya akan menjawab, "silahkan mendekatkan diri kepada yang
maha Google". Saya hanya bisa menjelaskan pandangan atau perasaan saya, kenapa
menggoreskan pena dan tervisualisasikanlah gambar tersebut. Aztek mewakilkan
perasaan saya yang mencintai sejarah dan segala peradabannya. Garis tegak lurus
yang kasar di padukan dengan goresan tinta hitam, cukup menambah makna tentang
sebuah usaha untuk melampiaskan kejenuhan lewat gambar.
Membelah lautan dan benua, menyingsingkan jarak dan melipat
arah. Maka sampailah saya di Venice. Sebuah kota yang nyaris di makan air. Katanya ini salah satu tempat romantis. menyusuri bau air dengan gondola dengan
emang-emang yang menggunakan bahasa pizza, Italia. Unsur sejarah tetap saya
masukan kembali, ya begitulah saya, terlalu cinta pada sejarah. Tapi dulu malah
kerap tertidur pada pelajaran sejarah. ironi, tetapi cukup ciamik untuk di
kenang.
Sepertinya hormon saya sedang bergejolak, ingin
memvisualkan rasa romantis pada suatu karya. Jauh-jauh saya harus main air
dan basah-basahan lewat pikiran. Garisnya masih khas tegas dan kaku, tapi sedikit elemen lengkung membuat
pemanis diantara dinamis. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa pergi ke tempat
ini. Memvisualkan secara nyata, menyentuh air secara nyata, dan tidak harus
membayangkan bau basah secara berlebih.
Sepertinya pikiran sedang bebal, kompleksitas tertata
dengan huru-hara. Ada rasa penat yang menyeruak. Semua itu tervisualisasi
dengan sebuah bangunan di yaman, saling menumpuk dalam suatu tebing yang curam. Unsur
kegelapan dan sudut keras hadir nyata di atas kertas. Gelap terang dari arsiran
seolah berdalih dan purwarupa dari emosi yang seolah-olah di tahan dan dengan
bebas di tumpahkan lewat kertas putih dan media pena hitam.
Setelah berkelana di alam imajenasi, saya kembali terhempas
di dunia nyata. Kali ini saya melakukannya secara nyata. Terdampar di salah satu
sudut tempat ngopi. waktu itu pacar saya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Kita
tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Saya keluarkan sketchbook beserta
drawing pen 0,05mm dan 0,1mm. Tanpa melibatkan pinsil. Sebenarnya buka so
jagoan. Cuma mengetes keraguan. Dengan menggambar tanpa pinsil, kita di paksa
untuk lebih peka dan tidak takut salah. Kalaupun terjadi kesalahan, biarkan itu
terjadi secara alamiah dan tak harus di sesali. Malah jadikan goresan yang
salah menjadi garis baru untuk melengkapi garis yang akan di ciptakan
selanjutnya.
Hari selasa yang di
berkahi cahaya yang cukup, cuaca yang nyaman dan energi positif mengarahkan
saya pada sebuah toko buku. menemukan buku di rak yang tertata rapih ibarat
jodoh. memilih dengan mata dan hati sambil sesekali mengendus aroma buku baru.
membuat kenyang pikiran dan mengobati hasrat.
Buku yang saya pilih berupa buku tebal dengan gambar yang
lebih banyak daripada deskripsi. ya begitulah buku portofolio desain. cukup menggugah selera dan
menimbulkan sumringah. ada salah satu view desain yang saya suka. sehingga saya
coba mentransfernya ke dalam sebuah sketsa.
Material yang berkilau dan kaya warna di reduksi kembali
menjadi monocrome. hitam putih yang selalu terlihat bijaksana. Tidak angkuh
dengan keragaman tapi tetap padu dengan minimalnya warna yang di hadirkan. Selain sketsa yang benar-benar mempengaruhi suasana hati,
sketsa juga kerap membantu saya dalan bekerja. dari sketsa ide sederhana,
lalu lewat sebua metode di kembangkan. maka lahirlah sebuah karya yang cukup
enak di pandang.
Begitulah sketsa mengisi ruang, goresan sederhana yang cukup
menarik untuk di perbincangkan. Membangun suasana, merancang ide dan
mentransformasikannya menjadi visualisasi karya.
Bukan perkara warna dan rasa, tapi ini mengenai apresiasi
dari sebuah alasan. Alasan untuk membungkus hal yang baru dan berjalan sinergis
dengan pola rutinitas. Jadi apa monochrome itu masih terlihat membosankan ?
Cek sound. Cek link
ReplyDeleteyou made those sketches by yourself? wow! πππ
ReplyDeletekalau bikin pameran tunggal, undangannya langsung 1 grup #1M1C ya, biar rame hehehe
love it!
www.iamandyna.com
agak semi kesurupan kayaknya, tiba-tiba rada serius dan cliing jadi deh tu sketsa. hehe. amin. thank doa nya. mudah-mudahan tu pameran kesampean.
Delete