Mahasiswa, kosan dan hal absurd yang melegenda.
Menjadi mahasiswa adalah berkat rahmat Tuhan yang di damping
dengan alunan kidung dan doa Orang Tua. Sebagian orang pada lapisan tertentu
beranggapan menjadi mahasiswa dan bersekolah di kota besar bukan hanya
kebanggan keluarga saja, bahkan menjadi kebanggaan tetangga sebelah, Pengurus
Dkm, warga kampung yang sangat giat terhadap gosip yang beredar, sampai masyarakat
umum pada radius tertentu.
Sebagai seorang mahasiswa yang terselip di antara kegiatan
kota besar, tentunya memerlukan tempat untuk bernaung. Mengintip peradaban pada
masa lalu mungkin tempat itu adalah goa, celah tebing, pohon rimbun yang di
modifikasi sedemikian rupa atau tumpukan daun yang di topang dahan sebagai
struktur yang nyaris roboh karena terkenan angin dari kentut sendiri.
Sayangnya saya bukan pada zaman itu, saya ini adalah manusia
modern yang berlebel mahasiswa rantau yang di sponsori dana patungan Ibu dan
ayah tercinta, lalu sodakoh dana pendidikan dari uwa, amang, bibi dan tetangga
yang di anugrahi kemampuan cenayang. Cenayang ?, yup betul sekali, dia di
berikan penglihatan, bahwa mahasiswa ini suatu saat akan mengalami gangguan
pencernaan, krisis mental dan kulit gatal-gatal. Percayalah apa yang di
katakana Rudi. (Maaf membawa Rudi, hanya suka saja kata-katanya. Begitu
komersil dan karismatik).
Tempat istimewa itu dinamakan kosan. Sebagai mahasiswa yang
berada pada kasta sudra. Saya hanya bisa mendapat kosan yang alakadarnya dan
ala-ala lainnya. Pada masa itu, sekitar tahun 2008. Saya berhasil mendapatkan
kosan yang sebulannya sekitar Rp. 280.000. Istimewa ?. Luar biasa ? Fantastis
?. mari kita bedah fasilitasnya.
Luasannya lumayan lah, sepersekian lapang bola yang di
umpamakan lewat skala. Setidaknya luasan cukup untuk memetakan Kasur ukuran
90cm x 200 cm, lemari berlaci, meja computer, meja makan, meja pingpong,
kulkas, trademill dan satu set piring cantik. Boleh saja kalo ingin memasukan
semua itu, tapi silahkan tidur di wc.
Fasilitas bawaan dalam kamar saya mendapatkan, ranjang cantik
bagi yang berkhusnudzon, lemari tua dari zaman peradaban sungai indus, dan
hanya itu saja. Sekali lagi saya ulang dan hanya itu saja.
Itu adalah fasilitas yang bersifat privat, maka fasilitas
yang besrifat public atau bisa di pakai seluruh masyarakat kosan adalah.
Garasi : Tempat
ini sekaligus menjadi pintu masuk. Lumrah di jumpai, jika kosan merangkap
dengan rumah tinggal sang pemilik. Maka pintu akses menuju kosan adalah garasi.
Dalam dunia desain kerennya ini di sebut side
entrance, yang mana pintu keramat dan suci, hanya di datangi orang penting
a.k.a Tamu dan pemilik rumah. Ada di depan. Dan di sebut main entrance.
Garasi kerap menjadi area perang, para penghuni kosan,
sering berebutan tempat parkir, belum lagi anak kosan yang membawa teman, maka semakin semrawut tata
letak garasi kita tercinta.
Ruang Tunggu/Ruang
Tv/Ruang Curhat/Ruang eksekusi. : Banyak akronim untuk ruang ini. Saya
sendiri sangat bersyukur dengan di adakannya ruangan ini, ini seperti menjadi longue untuk kita berinteraksi. Maka
pada suatu kasus desain, ini bisa juga menjadi social zone, dimana orang berinteraksi dan beraksi.
Ruangan ini berada tepat di tengah semua kamar, memang
secara denah, kamar kita hampir mengelilingi ruangan ini, kecuali satu ruangan
yang berada di depan. Dekat dengan garasi. Kamar itu kerap kami beri nama pos
satpam. Secara fasilitas tidak ada yang spesial. Sofa butut 3 seat di imbangi
dengan 3 singel chair yang tidak kalah butut. Credenza yang di atasnya ada Tv
yang benar-benar moody.
Kalo dia lagi ingin menghibur, secara sukarela gambar akan muncul dengan cerah ceria, jika dia sedang kumat. Maka hanya akan menemukan acara perkemahan semut dan seluruh kegiatannya.
Kalo dia lagi ingin menghibur, secara sukarela gambar akan muncul dengan cerah ceria, jika dia sedang kumat. Maka hanya akan menemukan acara perkemahan semut dan seluruh kegiatannya.
Ruangan ini sangat berkesan buat saya, dulu ketika awal
mengenal teman-teman kosan. Dengan malu-malu dan kekuatan jaim tingkat
Magister. Saya mencoba mengenalkan diri, mengajukan pertanyaan basa-basi dan
sampai momen mengharukan. Melihat punggung teman saya yang pergi dan
menanggalkan predikat Mahasiswanya untuk menggapai mimpi yang lebih tinggi.
Dapur : Ada
dapur, tetapi bukan dapur umum ?. ini adalah teritori atau zona semu. Di awal
di jelaskan ada dapur, tetapi kita bisa menggunakan atau tidak, sifatnya semu.
Tidak di jelaskan di buku pedoman undang-undang menjadi anak kosan yang berbudi
pekerti dan sehat selalu. Maka karna dapur ini milik sang pemilik kosan (ya
iyalah, kalo pemiliknya rektor kampus, ini adalah dapur sang rektor). Kami
lebih sering curi-curi waktu. Kalo pemilik sedang tidak ada, dengan bantuan
orang dalam alias asisten rumah tangga. Kami sering melakukan kegiatan yang
sangat sakral dan ambisius. Seperti membuat makanan hasil patungan warga kosan.
Sungguh indah waktu itu, padahal yang di buat tidak jauh dari goreng sosis dan
sarden kaleng.
Dan yang terakhir adalah Kamar mandi: ada 2 kamar
mandi yang bisa di gunakan. Yang satu cukup besar, luasan sekitar 2 kali kamar
saya. Dan satu lagi sangat kecil, hampir seperempat luas kamar saya. Secara
logika orang lebih suka memilih kamar mandi besar. Tetapi jangan terlalu
berpositif thingking dengan kamar mandi besar ini. Interiornya seperti memiliki
tema zoo, gratis dengan air terjun. Air terjun ini tepat berada di atas kloset.
Maka ketika hujan datang ketika kamu kebetulan ada panggilan untuk ritual,
terus toilet sebelah ada yang pake. Maka secara sukarela kamu harus berpayung
ketika melaksanakan ritual itu. Sensasinya menarik, antik dan untuk memorable
untuk di kenang. Dan tentunya air terjun itu adalah kenteng bocor yang ta
kunjung di perbaiki.
Selain itu satu tragedy pernah terjadi di toilet besar.
Teman saya malem-malem berkunjung ke kosan. Dia juga kebelet untuk melaksanakan
ritual. Tanpa pikir panjang langsung menggunakan toilet besar. Maka beberapa
saat kemudian dia berteriak. Terus terbirit-birit balik ke kamar. Katanya lagi
asik menikmati panggilan alam. Sekonyong-konyong dari dalam kloset muncul
mbahnya tikus. Sepertinya dia berinvasi langsung dalem sarangnya. Pertanyaan
saya waktu itu Cuma satu. Bukan masalah tikus dan hal absurd di wc itu. Tapi apa
temen saya sempet cebok ketika harus melarikan diri dari invasi si mbah tikus.
Sayangnya hal itu masih jadi misteri sampai sekarang.