Sekeping cerita lama tentang kota bersahaja Cianjur.
"Gerbang Marhamah", sebuah singkatan dari gerakan
berahlakul karimah. itu salah satu tagline dari kota Cianjur. Setidaknya
tagline itu selalu muncul dalam benak saya ketika awal memasuki kota Cianjur. Ingin
sekali bercerita tentang Cianjur dengan sudut pandang secara menyeluruh, dari
keadaan wilayah sampai sejarah dan budayanya. Tapi jika terlalu detail membahas
hal itu, saya malah jadi seperti duta pariwisata Cianjur. saya hanya ingin
mengenang Cianjur dari sudut pandang saya secara jujur. Tetapi jika teman-teman
ingin lebih mengenal kota Cianjur, tidak ada salahnya mengunjungi situs resmi
kabupaten cianjur di http://www.cianjurkab.go.id/ atau sedikit kepoin wikipedia di https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cianjur.
Bagi saya Cianjur adalah fase menuju dewasa. Dari cerita
manis pahit bocah bau kencur, sampai perang badar dengan orang tua dalam menyamakan
visi, untuk menggiring saya menuju kedewasaan. Petualangan saya bersama kota ini di mulai ketika saya
menginjak masa smp. kenapa tidak dari sd ?. ya begitu-begitulah kelakuan anak
sd. di marahi karena bikin masalah lalu di jejali dasar kehidupan. sungguh
salam paling hormat saya kepada ibu dan bapak yang mendidik saya secara luar biasa. dan
membangun pondasi kehidupan untuk saya, sehingga sebodohnya saya ketika salah
arah dalam mengarungi hidup, saya akan tetap ingat jalan pulang.
Dan di smp sedikit-demi sedikit saya mulai mengurai permasalahan hidup. Sd bagi saya ibarat
sebuah permasalahan dalam hitungan fisika, dan di smp saya mulai harus bisa
menerjemahkan arah soal, di sma saya harus bisa menerapkan berbagai rumus, dan
di bangku kuliah saya harus bisa menyelesaikan soal tersebut. Tentunya di dunia
kerja dan masyarakat, saya harus bisa mengamalkan permasalahan yang saya
pecahkan tadi di dalam tatanan kehidupan sosial. Menelusuri Cianjur dengan kaki kecil semasa smp sangat
menyenangkan. Sehabis pulang sekolah saya selalu menyiapkan petualangan baru
bersama teman kecil saya,namanya agam. Kerap kali dia merancang peta
petualangan dan kami laksana kolombus siap mengarungi samudra Cianjur.
Petualangannya sederhana saja, kami hanya mencari-cari toko
yang menjual peralatan atau benda yang kami butuhkan. Semisalnya kami sedang
hobi dengan ikan, maka dengan berjalan kaki dari sekolah kami siap menembus
rimba raya di dalam kota. menelusuri jalan dewi sartika, lalu tiba di pertigaan
shantionk, dulu di sana ada tempat penyewaa komik, dengan lebel taman bacaan,
pemiliknya begitu islami, dengan shalehahnya dia menyortir komik-komik baru
dengan cap. sehingga ketika ada adegan berbau yang iyah-iyah, cap berlogo taman
bacaan senantiasa hadir untuk mensyahkan buku untuk bisa di pinjam. sepertinya
sekarang taman bacaan itu sudah tidak ada, tapi sebagai salah satu tempat yang
memprakarsai dunia baca di cianjur, dedikasinya cukup saya kenang. dan hasilnya
sekarang di cianjur cukup banyak juga taman bacaan lain yang bermunculan.
Selanjutnya melewati kodim siliwangi, yang di sebrangnya
terdapat ayam goreng yang harumnya benar benar menggugah selera, rasanya manis
dan gurih, di padukan dengan sambal dadakan yang memerah. Saat itu kualitas
sambalnya terasa sangat istimewa, tidak tau sekarang dengan kondisi harga cabai. Entah masih dengan cita rasa
yang sama.
Katanya tenda ayam goreng itu sekarang pindah ke dekat jalan Bypass, mudah-mudahan dengan pindahnya
si amang yang jualan, berkahnya makin di tambah. Sebenarnya, hampir semua tempat yang ikonik di cianjur
sering kami lewati, dari mesjid Agung yang bentuknya begitu megah dan bersahaja
sampai Jalan raya yang trotoarnya sering di pakai pedagang kaki lima. di
trotoar ini kadang kala kami menemukan harta karun. harta karunnya berupa
jualan yang menarik bagi kami pada masa itu, semisal lem tikus, obat dari
minyak monyet, pemotong kaca sampai dvd bajakan dengan lagu-lagu hits artis ibukota
edisi terbaru.
Kini Cianjur telah jauh berubah, semakin tertata, semakin
banyak fasilitas baru, dan tentunya semakin bermunculan individu atau kelompok
yang mengusung tema kreatif. Mirip seperti bandung dalam diorama kecil, cianjur
sedang berbenah. siap menyongsong masa depan yang lebih baik. Dulu mau nongkrong saja bingung, semasa sma saya dengan
pacar waktu itu (Mantan), sangat susah sekali mencari tempat yang layak untuk
mengejar suasana romantis. Bioskop ?. jangan tanya, setelah pada masa itu
bioskop di gerebeg masa karena sering memutar film yang berbau pornoaksi. maka
sepertinya bioskop menjadi tabu. Padahal sekarang bioskop sudah lebih modern,
meski porno aksinya juga sudah di balut lebih modern.
Dikarenakan kekurangan
tempat saya pernah hilir mudik tidak jelas di dalam sebuah pusat perbelanjaan
yang masih di ragukan untuk di sebut Mall. pacar saya waktu itu sepertinya
cukup kesal, dan saya cukup menyesal tinggal di Cianjur. Sempat terbayang kalo
saya tinggal di kota bandung, tinggal nonton, tinggal ke cafe atau jalan-jalan
menikmati suasana kotanya yang indah. Dan sampai sekarang Cianjur belum
mempunyai bioskop, sampai dulu ketika saya awal memasuki bangku perkuliahan, bully untuk saya adalah, manusia dari tempat yang tabu terhadap bioskop. Cukup
menghardik, tapi itu nyata adanya. Maka kasus saya nyatakan di tutup.
Tapi kini cianjur begeliat dengan kencang, mau nongkrong
cafe-cafe bermunculan, entah mengusung tema cofee shop atau tempat dengan
suasana vintage yang instagramable. Taman-taman juga mulai di bangun. dan yang
paling saya suka, aroma kreatifitas mulai tercium begitu kencang. Berbagai
tugu, lampu sampai beberapa elemen dekoratif yang khas mengusung tema kearifan
lokal mulai terlihat di Cianjur. kata teman saya sih, Cianjur itu Bandung ala
ala, dengan tidak bermaksud mendeskreditkan Cianjur, tapi memang, setiap hal
yang sedang ngetren atau viral di bandung, maka tunggu saja seminggu atau dua
minggu, maka Cianjurpun akan ikut ramai dengan hal tersebut.
Menjelang kuliah saya harus berpisah dari Cianjur, sejatinya
saya tidak terpisah secara harfiah.Ttapi saya berpisah secara emotional. Saya di terima di salah satu universitas
swasta berlatar belakang teknik di Bandung, dengan jurusan yang membawa saya
memasuki dunia yang baru, yaitu Desain. Ketika saya langkahkan kaki keluar dari rumah, ikrar saya terucap. Selamat
tinggal rumah yang dalamnya kerap di lumuri dengan kenangan, selamat tinggal
kampung yang sering saya kotori dengan cerita manis, dan selamat tinggal
Cianjur yang mebekali saya dengan banyak pelajaran kehidupan. Pilihan saya cuma
dua ketika harus kembali ke Cianjur, yang pertama adalah saya berkunjung
sekedar untuk melepas rindu dan yang ke dua saya akan benar-benar pulang dan
membangun Cianjur dengan seluruh kemampuan ini.
Doakan saya kota yang Bersahaja.Saya pergi, tetapi saya
tetap akan mengingat jalan pulang.Genap Delapan tahun sudah, saya tinggalkan
kota itu. Sesekali saya singgahi. banyak yang berubah, banyak yang lebih baik
dari sebelumnya. yang paling lucu saya selalu berdebar ketika memasuki kota Cianjur,
terlalu Banyak kenangan, terlalu penuh
impian, dan terlalu manis kepingan cerita dari masa lalu.